Senin, 15 Juni 2015

Makalah b.arab Qawait



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Pembelajaran qawa’id merupakan hal yang sangat urgen sekali, karena dengan memahami qawa’id secara baik akan mengantarkan kepada pemahaman teks  yang tepat dan benar. Oleh karena betapa pentingnya hal ini, pemakalah akan membahas lebih lanjut tentang pengertian, materi, model,pendekatan, metode, strategi, media, evaluasinya serta pembuatan silabus dan RPP dalam penyampaian qawaid.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Qawaid/takrib?
2.      Apa materi Qawaid/tarkib di MI?
3.      Apa saja model pembelajaran Qawaid/tarkib di MI?
4.      Apa pendekatan, metode, strategi, media dan evaluasinya?
5.      Bagaimana cara membuat silabus dan RPP pembelajaran Qawaid/tarkib di MI?
6.      Dan bagaimana cara mempraktekkannya?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian Qawaid/tarkib di MI.
2.      Mengetahui materi Qawaid/tarkib di MI.
3.      Memahami apa saja model pembelajaran Qawaid/tarkib di MI.
4.      Dapat mengetahui pendektan, metode, strategi, media dan evaluasinya.
5.      Bisa membuat silabus dan RPP pembelajaran Qawaid-terkib di MI.
6.      Bisa mempraktekan pembelajarannya.

D.    Metode Penulisan
Menggunakan metode kepustakaan mengambil dari beberapa referensi buku bahasa paket Arab dan buku bahasa Arab tentang Qawaid di MI, serta menggunakan sosial internet untuk memeperlengkap referensi.


















BAB II
PEMBAHASAN
PEMBELAJARAN QAWAID/TARKIB di MI


A.    Pengertian Qawaid/tarkib
Pembelajaran qawa’id merupakan suatu kemestian, karena dengan memahami qawa’id seseorang mampu memahami bahasa Arab dengan tepat dan benar.Selain itu yang dimaksud qawaid/tarkib dalam bahasa Arab yaitu susunan yang ditinjau dari ilmunahwu dan ilmu shorof.Pengertian dari ilmu nahwu sendiri adalah ilmu yang membahas kedudukan kalimah dalam bahasa arab ditinjau dari segi I’rob.[1]
Sedangkan ilmu shorof adalah perubahan asal suatu kata kepada beberapa kata yang berbeda untuk mencapai arti yang dikehendaki yang bisa tercapai hanya dengan perubahan tersebut.
Mempelajari kaidah ini erat hubungannya dengan cara membaca kalimat dalam bahasa Arab, termasuk dalam qira’ah di depan, yaitu mengenai i’rab, tasrif, i’lal, dan lain-lain. Juga erat hubungannya dengan pemahaman yang benar. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyampaiaan materi kaidah antara lain :
1.      Guru menyuruh siswa membaca, memperhatikan dan memahami contoh-contoh kalimat.
2.      Guru menjelaskan kaidah yang terkandung dalam contoh susunan kalimat.
3.      Dalam menjelaskan kaidah, guru dapat menggunakan buku lain sebagai pelengkap, seperti kitab nahwu dan saraf.
4.      Guru melakukan Tanya jawab untuk memperkuat pemahaman kaidah.
5.      Guru memberikan tugas untuk mengerjakan latihan dan mengoreksinya.[2]

B.     Materi Qawaid/tarkib di MI
Dalam pembelajaran MI qawaid erat hubungannya dengan cara membaca kalimat dalam bahasa Arab, qawaid ini bisa disebut juga tata bahasa. Pembelajaran qawaid di MI membahas secara terkhusus tidak terlalu luas dalam artian supaya mudah dipahami oleh peserta didik. Adapun materi qawaid yang terdapat pada tingkat MI yaitu sebagai berikut :

1.      Na’t (kata sifat)
Na’t atau kata sifat adalah kata yang menunjukan sifat kata sebelumnya. Contoh kata sifat adalah sebagai berikut :
a.       وَاسِعٌ                Luas
b.      نَظِيْفٌ              Bersih
c.       طَوِيْلُ               Panjang

2.      Mubtada’, Khabar, Zarf dan Jar Majrur
Susunan kalimat yang digunakan pada bab ini adalah
مُبْتَدَأٌ + خَبَرٌ + ظَرْفٌ أَوْ جَارٌّ وَمَجْرُوْرٌ
Mubtada’ adalah ism yang terletak di awal kalimat atau jumlah dan berfungsi sebagai subjek. Adapun khabar adalah ism yang terletak sesudah mubtada’ serta menyempurnakan pengertian kalimat atau berfungsi sebagai predikat. Sedangkan huruf jar adalah huruf yang menyebabkan kata yang ditempelinya menjadi jar (kasroh). Yang termasuk pada huruf jar adalah……….
مِنْ، اِلىَ، عَنْ، عَلَى، فِي، ب،ك،ل
Contoh kata الله boleh dibaca fatah, dhomah, kasroh tapi setelah ditempeli huruf jar maka bacanya wajib kasrohمِنَ اللهِ، بِاللهِ عَلَى اللهِ
Sedangkan majrur adalah kata yang ditempeli huruf jar dan harus dibaca jar (kasroh). Jadi kata مِنَ اللهِ, مِن adalah huruf jar dan kata اللهِ adalahmajrur. Kita kembali pada pembahasan khabar jar majrur. Khabar jar majrur adalah khabar yang tersusun dari haraf jar dan majrur.

3.      Kahabar Muqaddam + Mubtada’ Mu’akhkhar
Pengertian mubtada’ dan khabar telah dijelaskan pada penjelasan di atas. Pada dasarnya, setiap mubtada’ terletak di awal kalimat atau jumlah. Akan tetapi, adakalanya khabar diletakkan sebelum mubtada’ dan mubtada’ diakhirikan sesudah khabar. Khabar harus didahulukan atas mubtada’ dengan syarat sebagai berikut.
a.       Mubtada’ berupa ism nakirah, sedangkan khabar-nya berupa syibhul jumlah.
b.      Khabar berupa kata Tanya.




4.      Jumlah mufidah
Mufidah adalah berupa kalimat sempurna yang memiliki kelengkapan kata. Contohnya seperti :
a.       Kebun itu bagus.                     الْبُسْتَا نُ جَمِيْلٌ
b.      Matahari itu terbit.                  الشَّمسُ طَا لِعَةٌ
c.       Ikan itu hidup di air.[3]              يَعِيْشُ السَّمَكُ فى الْمَاءِ
Pembahasan
Jika kita perhatikan susunan kalimat yang pertama, maka kita menemukan kalimat itu tersusun dari dua kata, kata kesatu الْبُسْتَا نُ(kebun)dan kedua  جَمِيْلٌ(bagus). Jika kita ambil kata kesatu saja yaitu kata  الْبُسْتَا نُmaka kita tak akan mengerti maksudnya kecuali arti kata tunggal itu saja yang tidak cukup sempurna digunakan untuk bercakap-cakap. Demikian pula keadaanya bila kita ambil kata yang ke dua saja yaitu  جَمِيْلٌ.Tetapi bila ke dua kata itu kita hubungkan sedemikian rupa seperti dalam susunan di atas, kemudian kita ucapkan:الْبُسْتَا نُ جَمِيْلٌ(kebun itu bagus)
Maka kita dapat memahami maknanya yang lengkap, dan kita pun mengambil faedahnya secara sempurna, yaitu bahwa sifat kebun itu bagus. Oleh karena itu susunan ini dinamakanجُمْلَةً مُفِيْدَ ةً  (Kalimat sempurna). Setiap kata dari dua kata dalam kalimat itu dihitung sebagai bagian dari jumlah (kalimat), demikian pula dengan contoh-contoh lain di atas.
Dengan demikian,kita berpendapat bahwa satu kata saja tidaklah cukup untuk bercakap-cakap. Percakapan itu hendaknya tersusun dari dua kata atau lebih sehingga orang dapat mengerti secara sempurna.[4]

C.    Model Pembelajaran Qawaid/tarkib di MI
Model pembelajaran Qawaid/tarkib di MI masih tergolong sederhana menurut sistem yang terbaru di Mesir, bahwa pembelajaran Qawaid diajarkan di kelas V dan VI hanya sekedarnya saja tidak terlalu mendalam.
Mempelajari kaidah ini erat hubungannya dengan cara membaca kalimat dalam bahasa Arab, termasuk dalam qira’ah di depan, yaitu mengenai i’rab, tasrif, i’lal, dan lain-lain. Juga erat hubungannya dengan pemahaman yang benar.
Model pembelajaran Qawaid/tarkib di MI hanya berupa tata bahasa saja yang mudah untuk dipahami oleh peserta didik, tata bahasanya pun sangatlah umum dan sering dijumpainya dilingkungan dan kehidupan sekitarnya.[5]

D.    Pendekatan, Metode, Strategi, Media, dan Evaluasi Pembelajaran Qawaid/tarkib di MI

1.      Pendekatan dan Metode Pembelajaran Qawaid di MI
Penerapan metode yang lebih cocok jika tujuan pengajaran bahasa Arab adalah sebagai kebudayaan, yaitu untuk mengetahui nilai sastra yang tinggi dan untuk memiliki kemampuan kognitif yang terlatih dalam menghafal teks-teks serta memahami apa yang terkandung di dalam tulisan-tulisan atau buku-buku teks, terutama buku Arab klasik. Pendekatan pembelajaran ini  memerlukan metode pembelajaran yang tepat. Pilihan yang tepat adalah metode eklektik, yaitu metode gabungan yang mengambil aspek-aspek positifnya baik dari keterampilan maupun pengetahuan bahasa, sehingga mencapai tujuaan dan hasil pembelajaran yang maksimal. Metode eklektif dimaksud mencakup metode percakapan,membaca, latihan, dan tugas.[6]
                                                            
Metode Pembelajaran Qawaid/tarkib di MI :
a)      Metode Istiqraaiyyah dalam Pembelajaran Qawa’id/tarkibdi MI
Qawa’id merupakan bagian dari pembahasan bahasa Arab yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan. Metode Istiqraaiyyah merupakan metode yang paling cocok untuk pembelajaran bahasa Arab. Metode ini dikemukakan dengan pemberian contoh kemudian menetapkan kaedah- kaedahnya.
Adapun kebiasaan sebelumnya dalam pembelajaran qawa’id bahasa Arab adalah metode al-Ilqaaiyyah al-Akhbaariyyah, yaitu adanya serentetan qawa’id yang diikuti dengan contoh- contoh. Akan tetapi para pakar menyarankan untuk tidak menggunakan metode ini dan menggunakan metode Istiqraaiyyah. Dalam metode ini dikemukakan contoh-contoh yang beraneka ragan sesuai dengan kehidupan, pengalaman serta pengetahuan siswa, setelah itu baru ditetapkan qawa’idnya dari contoh-contoh tersebut.
Agar sukses dalam pembelajaran qawa’id, seorang guru mesti mempersiapkan materi serta langkah- langkah metode pembelajaran qawa’id sebelumnya, kemudian memberikan hak masing-masing langkah dari langkah-langkah yang ada, sehingga satu tahapan dengan tahapan yang lainnya tidak berdiri sendiri. Seorang guru juga harus memperhatikan contoh- contoh yang diberikan dalam pembelajaran qawa’id, mudah, jelas dan tidak berlawanan dengan pengetahuan dan pemikiran siswa sehingga mereka memahaminya. Dan lebih diutamakan memilih sebuah paragraf yang menghimpun semua contoh-contoh yang mengantarkan kepada kaedah baru.
Dan untuk pemantapan qawa’id yang telah dipelajari siswa, akan lebih baik jika guru memberikan latihan-latihan, berupa lisan kemudian tulisan.
b)     Metode Al-Iqtishaadiyyah dalam Pembelajaran Qawa’id /tarkib di MI                 
Dalam pembelajaran qawa’id, metode- metode sebelumnya merupakan metode yang sering digunakan, berbeda dengan metode Al-Iqtishaadiyyah, yaitu mempelajari qawa’id ketika pembelajaran Muthala’ah dan teks-teks sastra tanpa mengkhususkan waktu tertentu untuk mempelajarinya dan tidak ditemukan pembelajaran ini dalam jadwal pembelajaran. Siswa mendiskusikan kaedah-kaedah tersebut kemudian guru memberikan penjelasan serta tambahan dengan metode Istiqraaiyyah, sehingga siswa memahami kaedah demi kaedah.
c)      Metode Taqliidiyyah
Metode dengan menyebutkan kaedah-kaedah, pengertian atau pembahasan secara umum, kemudian diikuti dengan contoh-contoh yang sesuai. Misalnya Jamii’uddurus Al-‘Arabiyyah, qawa’id disajikan dengan cara mengawalinya melalui defenisi / kaedah, baru disertai dengan contoh dan penjelasan.[7]
2.      Strategi dan Media Pembelajaran Qawaid/tarkib di MI
Strategi Pembelajarannya antara lain :
a)      Deduktif
1)      Memberikan contoh-contoh sebelum memberikan kaidah gramatika, karena contoh yang baik akan menjelaskan gramatika secara mendalam daripada gramatika saja.
2)      Jangan memberikan contoh hanya satu kalimat saja, tetapi harus terdiri dari beberapa contoh dengan perbedaan dan persamaan teks untuk dijadikan analisa perbandingan bagi peserta didik.

3)      Mulailah contoh-contoh dengan sesuatu yang ada di dalam ruangan kelas/media yang telah ada dan memungkinkan menggunakannya.

4)      Mulailah contoh-contoh tersebut dengan menggunakan kata kerja yang bisa secara langsung dengan menggunakan gerakan anggota tubuh.

5)      Ketika mengajarkan kata sifat hendaknya menyebutkan kata-kata yang paling banyak digunakan dan lengkap dengan pasangannya. Misalnya hitam-putih, bundar-persegi.

6)      Ketika mengajarkan huruf jar dan maknanya, sebaiknya dipilih huruf jar yang paling banyak digunakan dan dimasukkan langsung ke dalam kalimat yang paling sederhana. Contoh Jumlah ismiyyah: الكتاب في الصندوق, Contoh jumlah fi’iliyah : خرج الطاب من الفصل

7)      Hendaknya tidak memberikan contoh-contoh yang membuat peserta didik harus meraba-raba karena tidak sesuai dengan kondisi pikiran mereka.

8)      Peserta didik diberikan motivasi yang cukup untuk berekspresi melalui tulisan, lisan bahkan mungkin ekspresi wajah, agar meraka merasa terlibat langsung dengan proses pengajaran yang berlangsung.


Manfaat atau kegunaan dari strategi deduktif ini adalah agar siswa lebih memhami kaidah tata bahasa nahwu secara menyeluruh yang terdapat dalam sebuah kalimat.

b)     Mind Mapping
1)      Proses belajar dilakukan secara interaktif. Dengan mengaktifkan tiga alat sensor utama yaitu pendengaran, penglihatan, dan gerakan anggota tubuh maka proses pembelajaran akan lebih mudah dan tidak membosankan. Gerakan tubuh dilakukan dengan cara membuka tombol-tombol yang ada, dan anda akan menemukan hubungan antara satu tombol dengan tombol yang lain.

2)      Sistematika pembahasan. Sistematika pembahasan diawali dari yang paling mudah dulu dan diusahakan tidak ada tumpang tindih pembahasan, maksudnya materi yang belum perlu dibahas tidak dibahas kecuali sedikit, apabila terpaksa harus dibahas, dan tidak ada penekanan.
3)      Menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Penggunaan istilah-istilah dalam Tata Bahasa Arabditulis dengan tulisan latin agar tidak terkesan rumit.

4)      Menggunakan peta pikiran. Penggunaan peta pikiran akan lebih mudah memberikan gambaran global tentang apa saja yang akan dibahas dan memudahkan dalam memahami hubungan antara satu bab dengan bab lainnya. Penggunaan peta pikiran juga akan memudahkan dalam menghafal materi.

Manfaat atau kegunaaan dari strategi mind mapping ini adalah siswa lebih sistematis dalam berfikir dan mempermudah siswa dalam teori pengajaran nahwu.

Media Pembelajarannya antara lain :

a)      Kubus Struktur
Kubus struktur adalah sebuah kotak yang berbenyuk kubus yang kesemua sisinya ukurannya sama.kubus ini terbuat dari kertas yang kuat atau triplek, yang didalamnya memuat unsur-unsur kalimah yang telah diajarkan oleh guru.
Pada setiap sisi kubus ditulis kalimah dengan tujuan sebagai media untuk mempelajari susunan kalimah. Misalakan saja pada kubus pertama dibuat kaliamh yang mempunyai kedudukan sebagai mubtada atau pada kubus kedua sebagai fi’il pada kubus ketiga sebagai maf’ulbih pada kubus ke empat sebagai hal. Kalimah itu diletakan pada kertas dan ditempelkan pada kubus. Kubus struktur ini cocok untuk mempelajari kedudukan kalimah.
Langkah-langkah penggunaan kubus kalimah :
a.       Letakan kubus struktur pada meja yang tinggi dengan urutan kalimahnya.
b.      Bacalah kalimah yang terdapat pada sisi kubus dua atau tiga kali.
c.       Guru mencari materi lkemudia membaca lalu diikuti oleh para murid.
d.      Putar kubus pertama untuk mubtada’ jika ingin belajar tenteng fi’il putarlah kubus yang kedua jika ingin belsjsr mengenai mafbul bih putar kubus yang ketiga.

b)     Papan Selip
Papan selip merupakan media yamg berupa papan yang memiliki saku. Papan ini ditempelkan pada papan tulis yang diletakan dari ujung kiri ke ujung kananpapan ini dibuat dari karton ukurannya 100 cm x 70 cm. papan selip sangat membantu siswa dalam mempelajari tarkib dan mengurutkan kalimah, menyempurnakan jumlah dengan mengganti gambar sebagai kalimah. Lebih bagusnya untuk pembaca, membaca dulu.
Langkah-langkah penggunaan papan selip sebagai media dalam mempelajari tarkib atau kedudukan kalimah.
Perubahan shighot
Langkah ini dibagi menjadi dua yaitu :



a.       Persiapan
1)      Menentukan judul yang diinginkan, misalkan ingin mengubah fi’il menjadi fail.
2)      Sediakan kalimah yang digunakan sebagai latihan dalam perubahan bentuk kalimah.
3)      Tulislah setiap kalimah dari bentuk tarkib kedalam kartu dengggan garis yang besar (penulisan fi’il dengan warna merah atau dengan garis bawah).
4)      Tulislah pada kertas isim fa’il dari setiap fi’il yang lain sesuai dengan kalimah yang ada.

b.      Pendahuluan
1)      Letakkan papan pada dinding didepan siswa’
2)      Letakan seluruh kalimah yang telah ditulis dalam kertas masukan kedalam kantong dan berilah jarak pada setiap jumlah/kalimah.
3)      Bacalah kalimah yang dibuat sebagai contoh dua kali kemudian carilah pelajaran lain dan ulangilah.
4)      Jelaskan arti/terjemahan kalimah itu.
5)      Menjelaskan fungsinya.
6)      Carilah dari pelajaran perubahan fi’il dalam jumlah(kalimah)yang kedua menjadi isim fa’il.Carilah kalimah yang baru dari pelajaran qiro’ah atau yang lain.

c)      Peta
Peta baik untuk dibuat sebagai media pembelajaran tarkib nahwu. Contoh penggunaan peta penggunaan peta sebagai media pembelajaran tarkib.
ما هذه؟ هذه....... ماهذا؟ هذا............Guru menunjukan peta Negara sambil berkata ماهذه kemudian menjawab هذهمصر kemudian menunjukan kenegara yang lain. Guru juga dapat menanyakan tempat/kota dalam peta,

d)     Media kartu
Contoh nama media:media kartu jual beli
a.       Bahan-bahn yang diperlukan
·         karton ukuran 5 x 10 cm
·         spidol
·         kata-kata yang diambil teks bacaan ditulis dikarton
·         kemudian ditulis juga jenis katanya.

b.      Cara mengaplikasikan
·         siswa pertama mengangkat kartu yang bertuliskan kata-kata(sebagai barang yang dijual)
·         sedangkan siswa yang kedua menukarkannya dengan kartu yang bertuliskan jenis kata(sebagai uang) hingga kartu yang dipegang oleh siswa yang pertama habus terjual ditukar dengan kartu yang dipegang oleh siswa kedua.[8]

3.      Evaluasi Pembelajaran
Dalam pembelajaran Qawaid/tarkib di MI dapat menggunakan evaluasi berupa tes tertulis dan tes lisan. Untuk melakukan evaluasi terlebih dahulu melihat kemampuan murid-muridnya setelah itu barulah bisa menentukan evaluasi yang seperti apa yang cocok dilaksanakan.























BAB III
PENUTUP


A.    Simpulan
Pembelajaran qawa’id merupakan suatu kemestian, karena dengan memahami qawa’id seseorang mampu memahami bahasa Arab dengan tepat dan benar. Selain itu yang dimaksud qawaid/tarkib dalam bahasa Arab yaitu susunan yang ditinjau dari ilmunahwu dan ilmu shorof. Pengertian dari ilmu nahwu sendiri adalah ilmu yang membahas kedudukan kalimah dalam bahasa arab ditinjau dari segi I’rob.
Sedangkan ilmu shorof adalah perubahan asal suatu kata kepada beberapa kata yang berbeda untuk mencapai arti yang dikehendaki yang bisa tercapai hanya dengan perubahan tersebut.
Mempelajari kaidah ini erat hubungannya dengan cara membaca kalimat dalam bahasa Arab, termasuk dalam qira’ah di depan, yaitu mengenai i’rab, tasrif, i’lal, dan lain-lain.

B.     Saran
Dalam makalah ini sudah menjelaskan tentang pembelajaran Qawaid/tarkib di MI secara lebih terperinci,untuk menambah pengetahuan penulis menyerahkan kepada pembaca untuk melanjutkan pembahasan mencari tahu lebih dalam tentang Qawaid/tarkib di MI ini sebagai kajian ilmiah yang lebih sempurna.


DAFTAR PUSTAKA

Alkalali, Asad Muhammad. 1987. Kamus Indonesia Arab. Jakarta: Bulan Bintang.
Chakim Lukman, 2009.  Bahasa Arab untuk MI Kelas VI. Semarang: Aneka Ilmu.
Hanomi, 2009.Qawa’id Dan Qiraah.Padang: Hayfa Press.
Syaekhuddin, dkk, 2009. Belajar Bahasa Arab untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI. Jakarta: Erlangga.
Wahyudi Agus, 2013. Aku Cinta Bahasa Arab untuk Kelas V Madrasah Ibtidaiyah. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
file:///C:/Users/Syafa/Downloads/zairi%20%20metode%20pembelajaranqawaid%20dan%20metodologi%20pembelajaran%20bahasa%20arab.htm
http:// mas la 87. ward press. Com



[1]Hanomi, Qawa’id Dan Qiraah, (Padang : Hayfa Press , 2009), h. 44
[2] Lukman Chakim, Bahasa Arab untuk MI Kelas VI. (Semarang: Aneka Ilmu, 2009), h. 2-3
[3]Alkalali, Asad Muhammad. Kamus Indonesia Arab. (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h.7

[4] Agus Wahyudi. Aku Cinta Bahasa Arab untuk Kelas V Madrasah Ibtidaiyah. (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2013), h. 6, 45 dan 63.
[5] file:///C:/Users/Syafa/Downloads/Asif_Tesis_Bab2%20QAWAIDKU.pdf
[6]Syaekhuddin, dkk. Belajar Bahasa Arab untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI. (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 31

[7]file:///C:/Users/Syafa/Downloads/zairi%20%20metode%20pembelajaranqawaid%20dan%20metodologi%20pembelajaran%20bahasa%20arab.htm
[8]http:// mas la 87. ward press. Com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar