BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembelajaran qawa’id merupakan hal yang sangat urgen sekali, karena
dengan memahami qawa’id secara baik akan mengantarkan kepada pemahaman
teks yang tepat dan benar. Oleh karena betapa pentingnya hal ini,
pemakalah akan membahas lebih lanjut tentang pengertian, materi,
model,pendekatan, metode, strategi, media, evaluasinya serta pembuatan silabus
dan RPP dalam penyampaian qawaid.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Qawaid/takrib?
2.
Apa materi Qawaid/tarkib di MI?
3.
Apa saja model pembelajaran Qawaid/tarkib di MI?
4.
Apa pendekatan, metode, strategi, media dan evaluasinya?
5.
Bagaimana cara membuat silabus dan RPP pembelajaran Qawaid/tarkib
di MI?
6.
Dan bagaimana cara mempraktekkannya?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui pengertian Qawaid/tarkib di MI.
2.
Mengetahui materi Qawaid/tarkib di MI.
3.
Memahami apa saja model pembelajaran Qawaid/tarkib di MI.
4.
Dapat mengetahui pendektan, metode, strategi, media dan
evaluasinya.
5.
Bisa membuat silabus dan RPP pembelajaran Qawaid-terkib di MI.
6.
Bisa mempraktekan pembelajarannya.
D.
Metode Penulisan
Menggunakan metode kepustakaan
mengambil dari beberapa referensi buku bahasa paket Arab dan buku bahasa Arab
tentang Qawaid di MI, serta menggunakan sosial internet untuk memeperlengkap
referensi.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBELAJARAN QAWAID/TARKIB di MI
A.
Pengertian Qawaid/tarkib
Pembelajaran
qawa’id merupakan suatu kemestian, karena dengan memahami qawa’id seseorang
mampu memahami bahasa Arab dengan tepat dan benar.Selain itu yang dimaksud qawaid/tarkib
dalam bahasa Arab yaitu susunan yang ditinjau dari ilmunahwu dan ilmu shorof.Pengertian
dari ilmu nahwu sendiri adalah ilmu yang membahas kedudukan kalimah
dalam bahasa arab ditinjau dari segi I’rob.[1]
Sedangkan ilmu
shorof adalah perubahan asal suatu kata kepada beberapa kata yang berbeda
untuk mencapai arti yang dikehendaki yang bisa tercapai hanya dengan perubahan
tersebut.
Mempelajari
kaidah ini erat hubungannya dengan cara membaca kalimat dalam bahasa Arab,
termasuk dalam qira’ah di depan, yaitu mengenai i’rab, tasrif,
i’lal, dan lain-lain. Juga erat hubungannya dengan pemahaman yang benar.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyampaiaan materi kaidah antara lain :
1.
Guru menyuruh
siswa membaca, memperhatikan dan memahami contoh-contoh kalimat.
2.
Guru
menjelaskan kaidah yang terkandung dalam contoh susunan kalimat.
3.
Dalam
menjelaskan kaidah, guru dapat menggunakan buku lain sebagai pelengkap, seperti
kitab nahwu dan saraf.
4.
Guru melakukan
Tanya jawab untuk memperkuat pemahaman kaidah.
5.
Guru
memberikan tugas untuk mengerjakan latihan dan mengoreksinya.[2]
B.
Materi Qawaid/tarkib di MI
Dalam pembelajaran MI qawaid erat
hubungannya dengan cara membaca kalimat dalam bahasa Arab, qawaid ini
bisa disebut juga tata bahasa. Pembelajaran qawaid di MI membahas secara
terkhusus tidak terlalu luas dalam artian supaya mudah dipahami oleh peserta
didik. Adapun materi qawaid yang terdapat pada tingkat MI yaitu sebagai berikut
:
1.
Na’t (kata sifat)
Na’t atau kata sifat adalah kata
yang menunjukan sifat kata sebelumnya. Contoh kata sifat adalah sebagai berikut
:
a.
وَاسِعٌ Luas
b.
نَظِيْفٌ Bersih
c.
طَوِيْلُ Panjang
2.
Mubtada’, Khabar, Zarf dan Jar Majrur
Susunan kalimat yang digunakan pada
bab ini adalah
مُبْتَدَأٌ + خَبَرٌ + ظَرْفٌ أَوْ جَارٌّ وَمَجْرُوْرٌ
Mubtada’ adalah ism yang terletak di awal kalimat atau jumlah dan berfungsi
sebagai subjek. Adapun khabar adalah ism yang terletak sesudah mubtada’
serta menyempurnakan pengertian kalimat atau berfungsi sebagai predikat. Sedangkan huruf jar
adalah huruf yang menyebabkan kata yang ditempelinya menjadi jar (kasroh). Yang
termasuk pada huruf jar adalah……….
مِنْ، اِلىَ،
عَنْ، عَلَى، فِي، ب،ك،ل
Contoh kata الله boleh dibaca fatah,
dhomah, kasroh tapi setelah ditempeli huruf jar maka bacanya wajib kasrohمِنَ اللهِ،
بِاللهِ عَلَى اللهِ
Sedangkan majrur
adalah kata yang ditempeli huruf jar dan harus dibaca jar (kasroh). Jadi
kata مِنَ اللهِ,
مِن adalah huruf jar dan kata اللهِ adalahmajrur.
Kita kembali pada pembahasan khabar jar majrur. Khabar jar majrur
adalah khabar yang tersusun dari haraf jar dan majrur.
3.
Kahabar Muqaddam + Mubtada’ Mu’akhkhar
Pengertian mubtada’ dan khabar telah
dijelaskan pada penjelasan di atas. Pada dasarnya, setiap mubtada’ terletak di
awal kalimat atau jumlah. Akan tetapi, adakalanya khabar diletakkan sebelum
mubtada’ dan mubtada’ diakhirikan sesudah khabar. Khabar harus didahulukan atas
mubtada’ dengan syarat sebagai berikut.
a.
Mubtada’ berupa
ism nakirah, sedangkan khabar-nya berupa syibhul jumlah.
b.
Khabar
berupa kata Tanya.
4.
Jumlah mufidah
Mufidah adalah berupa kalimat
sempurna yang memiliki kelengkapan kata. Contohnya seperti :
a.
Kebun itu bagus. الْبُسْتَا نُ جَمِيْلٌ
b.
Matahari itu terbit. الشَّمسُ طَا لِعَةٌ
Pembahasan
Jika kita perhatikan susunan kalimat
yang pertama, maka kita menemukan kalimat itu tersusun dari dua kata, kata
kesatu الْبُسْتَا نُ(kebun)dan kedua جَمِيْلٌ(bagus). Jika kita ambil kata kesatu saja yaitu kata الْبُسْتَا نُmaka
kita tak akan mengerti maksudnya kecuali arti kata tunggal itu saja yang tidak
cukup sempurna digunakan untuk bercakap-cakap. Demikian pula keadaanya bila kita
ambil kata yang ke dua saja yaitu جَمِيْلٌ.Tetapi bila ke dua kata itu kita hubungkan
sedemikian rupa seperti dalam susunan di atas, kemudian kita ucapkan:الْبُسْتَا نُ جَمِيْلٌ(kebun itu bagus)
Maka kita dapat memahami maknanya
yang lengkap, dan kita pun mengambil faedahnya secara sempurna, yaitu bahwa
sifat kebun itu bagus. Oleh karena itu susunan ini dinamakanجُمْلَةً مُفِيْدَ ةً
(Kalimat sempurna). Setiap kata dari dua kata dalam kalimat itu dihitung
sebagai bagian dari jumlah (kalimat), demikian pula dengan contoh-contoh lain
di atas.
Dengan demikian,kita berpendapat
bahwa satu kata saja tidaklah cukup untuk bercakap-cakap. Percakapan itu
hendaknya tersusun dari dua kata atau lebih sehingga orang dapat mengerti
secara sempurna.[4]
C.
Model Pembelajaran Qawaid/tarkib di MI
Model pembelajaran Qawaid/tarkib di MI masih tergolong sederhana menurut
sistem yang terbaru di Mesir, bahwa pembelajaran Qawaid diajarkan di kelas V
dan VI hanya sekedarnya saja tidak terlalu mendalam.
Mempelajari kaidah ini erat hubungannya dengan cara membaca kalimat dalam
bahasa Arab, termasuk dalam qira’ah di depan, yaitu mengenai i’rab,
tasrif, i’lal, dan lain-lain. Juga erat hubungannya dengan
pemahaman yang benar.
Model pembelajaran Qawaid/tarkib di MI hanya berupa tata bahasa saja yang
mudah untuk dipahami oleh peserta didik, tata bahasanya pun sangatlah umum dan
sering dijumpainya dilingkungan dan kehidupan sekitarnya.[5]
D.
Pendekatan, Metode, Strategi, Media, dan Evaluasi Pembelajaran
Qawaid/tarkib di MI
1.
Pendekatan dan Metode Pembelajaran Qawaid di MI
Penerapan metode yang lebih cocok jika tujuan pengajaran
bahasa Arab adalah sebagai kebudayaan, yaitu untuk mengetahui nilai sastra yang
tinggi dan untuk memiliki kemampuan kognitif yang terlatih dalam menghafal
teks-teks serta memahami apa yang terkandung di dalam tulisan-tulisan atau
buku-buku teks, terutama buku Arab klasik. Pendekatan
pembelajaran ini memerlukan metode
pembelajaran yang tepat. Pilihan yang tepat adalah metode eklektik, yaitu
metode gabungan yang mengambil aspek-aspek positifnya baik dari keterampilan
maupun pengetahuan bahasa, sehingga mencapai tujuaan dan hasil pembelajaran
yang maksimal. Metode eklektif dimaksud mencakup metode percakapan,membaca,
latihan, dan tugas.[6]
Metode Pembelajaran Qawaid/tarkib di MI :
a)
Metode Istiqraaiyyah
dalam Pembelajaran Qawa’id/tarkibdi MI
Qawa’id merupakan bagian dari pembahasan bahasa Arab yang bertujuan untuk
memperoleh pengetahuan. Metode Istiqraaiyyah
merupakan metode yang paling cocok untuk pembelajaran bahasa Arab. Metode ini
dikemukakan dengan pemberian contoh kemudian menetapkan kaedah- kaedahnya.
Adapun
kebiasaan sebelumnya dalam pembelajaran qawa’id bahasa Arab adalah metode al-Ilqaaiyyah
al-Akhbaariyyah, yaitu adanya serentetan qawa’id yang diikuti dengan
contoh- contoh. Akan tetapi para pakar menyarankan untuk tidak menggunakan
metode ini dan menggunakan metode Istiqraaiyyah. Dalam metode ini
dikemukakan contoh-contoh yang beraneka ragan sesuai dengan kehidupan,
pengalaman serta pengetahuan siswa, setelah itu baru ditetapkan qawa’idnya dari
contoh-contoh tersebut.
Agar sukses
dalam pembelajaran qawa’id, seorang guru mesti mempersiapkan materi serta
langkah- langkah metode pembelajaran qawa’id sebelumnya, kemudian memberikan
hak masing-masing langkah dari langkah-langkah yang ada, sehingga satu tahapan
dengan tahapan yang lainnya tidak berdiri sendiri. Seorang guru juga harus
memperhatikan contoh- contoh yang diberikan dalam pembelajaran qawa’id, mudah,
jelas dan tidak berlawanan dengan pengetahuan dan pemikiran siswa sehingga
mereka memahaminya. Dan lebih diutamakan memilih sebuah paragraf yang
menghimpun semua contoh-contoh yang mengantarkan kepada kaedah baru.
Dan untuk
pemantapan qawa’id yang telah dipelajari siswa, akan lebih baik jika guru
memberikan latihan-latihan, berupa lisan kemudian tulisan.
b)
Metode Al-Iqtishaadiyyah
dalam Pembelajaran Qawa’id /tarkib di MI
Dalam
pembelajaran qawa’id, metode- metode sebelumnya merupakan metode yang sering
digunakan, berbeda dengan metode Al-Iqtishaadiyyah, yaitu mempelajari
qawa’id ketika pembelajaran Muthala’ah dan teks-teks sastra tanpa mengkhususkan
waktu tertentu untuk mempelajarinya dan tidak ditemukan pembelajaran ini dalam
jadwal pembelajaran. Siswa mendiskusikan kaedah-kaedah tersebut kemudian guru memberikan
penjelasan serta tambahan dengan metode Istiqraaiyyah, sehingga siswa memahami
kaedah demi kaedah.
c)
Metode Taqliidiyyah
Metode
dengan menyebutkan kaedah-kaedah, pengertian atau pembahasan secara umum,
kemudian diikuti dengan contoh-contoh yang sesuai. Misalnya Jamii’uddurus
Al-‘Arabiyyah, qawa’id disajikan dengan cara mengawalinya melalui defenisi
/ kaedah, baru disertai dengan contoh dan penjelasan.[7]
2. Strategi
dan Media Pembelajaran Qawaid/tarkib di MI
Strategi
Pembelajarannya antara lain :
a) Deduktif
1)
Memberikan
contoh-contoh sebelum memberikan kaidah gramatika, karena contoh yang baik akan
menjelaskan gramatika secara mendalam daripada gramatika saja.
2)
Jangan
memberikan contoh hanya satu kalimat saja, tetapi harus terdiri dari beberapa
contoh dengan perbedaan dan persamaan teks untuk dijadikan analisa perbandingan
bagi peserta didik.
3)
Mulailah
contoh-contoh dengan sesuatu yang ada di dalam ruangan kelas/media yang telah
ada dan memungkinkan menggunakannya.
4)
Mulailah
contoh-contoh tersebut dengan menggunakan kata kerja yang bisa secara langsung
dengan menggunakan gerakan anggota tubuh.
5)
Ketika
mengajarkan kata sifat hendaknya menyebutkan kata-kata yang paling banyak
digunakan dan lengkap dengan pasangannya. Misalnya hitam-putih, bundar-persegi.
6)
Ketika
mengajarkan huruf jar dan maknanya, sebaiknya dipilih huruf jar yang paling
banyak digunakan dan dimasukkan langsung ke dalam kalimat yang paling
sederhana. Contoh Jumlah ismiyyah: الكتاب في
الصندوق, Contoh jumlah
fi’iliyah : خرج الطاب من الفصل
7)
Hendaknya
tidak memberikan contoh-contoh yang membuat peserta didik harus meraba-raba
karena tidak sesuai dengan kondisi pikiran mereka.
8)
Peserta
didik diberikan motivasi yang cukup untuk berekspresi melalui tulisan, lisan
bahkan mungkin ekspresi wajah, agar meraka merasa terlibat langsung dengan
proses pengajaran yang berlangsung.
Manfaat atau kegunaan dari strategi deduktif ini adalah agar
siswa lebih memhami kaidah tata bahasa nahwu secara menyeluruh yang
terdapat dalam sebuah kalimat.
b)
Mind Mapping
1)
Proses belajar dilakukan secara interaktif. Dengan mengaktifkan tiga alat
sensor utama yaitu pendengaran, penglihatan, dan gerakan anggota tubuh maka
proses pembelajaran akan lebih mudah dan tidak membosankan. Gerakan tubuh
dilakukan dengan cara membuka tombol-tombol yang ada, dan anda akan menemukan
hubungan antara satu tombol dengan tombol yang lain.
2)
Sistematika pembahasan. Sistematika pembahasan diawali dari yang paling
mudah dulu dan diusahakan tidak ada tumpang tindih pembahasan, maksudnya materi
yang belum perlu dibahas tidak dibahas kecuali sedikit, apabila terpaksa harus
dibahas, dan tidak ada penekanan.
3)
Menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Penggunaan istilah-istilah dalam
Tata Bahasa Arabditulis dengan tulisan latin agar tidak terkesan rumit.
4)
Menggunakan peta pikiran. Penggunaan peta pikiran akan lebih mudah
memberikan gambaran global tentang apa saja yang akan dibahas dan memudahkan
dalam memahami hubungan antara satu bab dengan bab lainnya. Penggunaan peta
pikiran juga akan memudahkan dalam menghafal materi.
Manfaat
atau kegunaaan dari strategi mind mapping ini adalah siswa lebih
sistematis dalam berfikir dan mempermudah siswa dalam teori pengajaran nahwu.
Media Pembelajarannya antara lain :
a)
Kubus
Struktur
Kubus
struktur adalah sebuah kotak yang berbenyuk kubus yang kesemua sisinya
ukurannya sama.kubus ini terbuat dari kertas yang kuat atau triplek, yang
didalamnya memuat unsur-unsur kalimah yang telah diajarkan oleh guru.
Pada setiap
sisi kubus ditulis kalimah dengan tujuan sebagai media untuk mempelajari
susunan kalimah. Misalakan saja pada kubus pertama dibuat kaliamh yang
mempunyai kedudukan sebagai mubtada atau pada kubus kedua sebagai fi’il pada
kubus ketiga sebagai maf’ulbih pada kubus ke empat sebagai hal. Kalimah itu
diletakan pada kertas dan ditempelkan pada kubus. Kubus struktur ini cocok
untuk mempelajari kedudukan kalimah.
Langkah-langkah penggunaan kubus
kalimah :
a.
Letakan
kubus struktur pada meja yang tinggi dengan urutan kalimahnya.
b.
Bacalah
kalimah yang terdapat pada sisi kubus dua atau tiga kali.
c.
Guru mencari
materi lkemudia membaca lalu diikuti oleh para murid.
d.
Putar kubus
pertama untuk mubtada’ jika ingin belajar tenteng fi’il putarlah kubus yang
kedua jika ingin belsjsr mengenai mafbul bih putar kubus yang ketiga.
b)
Papan Selip
Papan selip
merupakan media yamg berupa papan yang memiliki saku. Papan ini ditempelkan
pada papan tulis yang diletakan dari ujung kiri ke ujung kananpapan ini dibuat
dari karton ukurannya 100 cm x 70 cm. papan selip sangat membantu siswa dalam
mempelajari tarkib dan mengurutkan kalimah, menyempurnakan jumlah dengan
mengganti gambar sebagai kalimah. Lebih bagusnya untuk pembaca, membaca dulu.
Langkah-langkah
penggunaan papan selip sebagai media dalam mempelajari tarkib atau kedudukan
kalimah.
Perubahan shighot
Langkah ini
dibagi menjadi dua yaitu :
a.
Persiapan
1)
Menentukan
judul yang diinginkan, misalkan ingin mengubah fi’il menjadi fail.
2)
Sediakan
kalimah yang digunakan sebagai latihan dalam perubahan bentuk kalimah.
3)
Tulislah
setiap kalimah dari bentuk tarkib kedalam kartu dengggan garis yang besar
(penulisan fi’il dengan warna merah atau dengan garis bawah).
4)
Tulislah
pada kertas isim fa’il dari setiap fi’il yang lain sesuai dengan kalimah yang
ada.
b.
Pendahuluan
1)
Letakkan
papan pada dinding didepan siswa’
2)
Letakan
seluruh kalimah yang telah ditulis dalam kertas masukan kedalam kantong dan
berilah jarak pada setiap jumlah/kalimah.
3)
Bacalah
kalimah yang dibuat sebagai contoh dua kali kemudian carilah pelajaran lain dan
ulangilah.
4)
Jelaskan
arti/terjemahan kalimah itu.
5)
Menjelaskan
fungsinya.
6)
Carilah dari
pelajaran perubahan fi’il dalam jumlah(kalimah)yang kedua menjadi isim
fa’il.Carilah kalimah yang baru dari pelajaran qiro’ah atau yang lain.
c)
Peta
Peta baik
untuk dibuat sebagai media pembelajaran tarkib nahwu.
Contoh penggunaan peta penggunaan peta sebagai media pembelajaran tarkib.
ما هذه؟ هذه....... ماهذا؟
هذا............Guru
menunjukan peta Negara sambil berkata ماهذه kemudian
menjawab هذهمصر kemudian menunjukan kenegara yang
lain. Guru juga dapat menanyakan tempat/kota dalam peta,
d)
Media kartu
Contoh nama
media:media kartu jual beli
a.
Bahan-bahn
yang diperlukan
·
karton
ukuran 5 x 10 cm
·
spidol
·
kata-kata
yang diambil teks bacaan ditulis dikarton
·
kemudian
ditulis juga jenis katanya.
b.
Cara
mengaplikasikan
·
siswa pertama
mengangkat kartu yang bertuliskan kata-kata(sebagai barang yang dijual)
·
sedangkan
siswa yang kedua menukarkannya dengan kartu yang bertuliskan jenis kata(sebagai
uang) hingga kartu yang dipegang oleh siswa yang pertama habus terjual ditukar
dengan kartu yang dipegang oleh siswa kedua.[8]
3.
Evaluasi
Pembelajaran
Dalam pembelajaran Qawaid/tarkib
di MI dapat menggunakan evaluasi berupa tes tertulis dan tes lisan. Untuk
melakukan evaluasi terlebih dahulu melihat kemampuan murid-muridnya setelah itu
barulah bisa menentukan evaluasi yang seperti apa yang cocok dilaksanakan.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Pembelajaran
qawa’id merupakan suatu kemestian, karena dengan memahami qawa’id seseorang
mampu memahami bahasa Arab dengan tepat dan benar. Selain itu yang dimaksud qawaid/tarkib
dalam bahasa Arab yaitu susunan yang ditinjau dari ilmunahwu dan ilmu shorof.
Pengertian dari ilmu nahwu sendiri adalah ilmu yang membahas kedudukan
kalimah dalam bahasa arab ditinjau dari segi I’rob.
Sedangkan ilmu
shorof adalah perubahan asal suatu kata kepada beberapa kata yang berbeda
untuk mencapai arti yang dikehendaki yang bisa tercapai hanya dengan perubahan
tersebut.
Mempelajari kaidah ini erat
hubungannya dengan cara membaca kalimat dalam bahasa Arab, termasuk dalam qira’ah
di depan, yaitu mengenai i’rab, tasrif, i’lal, dan
lain-lain.
B.
Saran
Dalam
makalah ini sudah menjelaskan tentang pembelajaran Qawaid/tarkib di MI
secara lebih terperinci,untuk menambah pengetahuan penulis menyerahkan kepada
pembaca untuk melanjutkan pembahasan mencari tahu lebih dalam tentang Qawaid/tarkib
di MI ini sebagai kajian ilmiah yang lebih sempurna.
DAFTAR
PUSTAKA
Alkalali, Asad Muhammad. 1987. Kamus
Indonesia Arab. Jakarta: Bulan Bintang.
Chakim
Lukman, 2009. Bahasa Arab untuk MI
Kelas VI. Semarang: Aneka Ilmu.
Hanomi, 2009.Qawa’id
Dan Qiraah.Padang: Hayfa Press.
Syaekhuddin, dkk, 2009.
Belajar Bahasa Arab untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI. Jakarta:
Erlangga.
Wahyudi Agus,
2013. Aku Cinta Bahasa Arab untuk Kelas V Madrasah Ibtidaiyah. Solo: PT.
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
file:///C:/Users/Syafa/Downloads/zairi%20%20metode%20pembelajaranqawaid%20dan%20metodologi%20pembelajaran%20bahasa%20arab.htm
http:// mas la 87. ward press. Com
[1]Hanomi, Qawa’id Dan
Qiraah, (Padang : Hayfa Press , 2009), h. 44
[2]
Lukman Chakim, Bahasa Arab untuk MI Kelas VI. (Semarang: Aneka Ilmu,
2009), h. 2-3
[3]Alkalali, Asad Muhammad. Kamus Indonesia Arab. (Jakarta: Bulan
Bintang, 1987), h.7
[4]
Agus Wahyudi. Aku Cinta Bahasa Arab untuk Kelas V Madrasah Ibtidaiyah.
(Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2013), h. 6, 45 dan 63.
[5]
file:///C:/Users/Syafa/Downloads/Asif_Tesis_Bab2%20QAWAIDKU.pdf
[6]Syaekhuddin, dkk. Belajar Bahasa Arab untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI.
(Jakarta: Erlangga, 2009), h. 31
[7]file:///C:/Users/Syafa/Downloads/zairi%20%20metode%20pembelajaranqawaid%20dan%20metodologi%20pembelajaran%20bahasa%20arab.htm
[8]http:// mas la 87. ward press. Com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar